HOSEA 10 : 12
Menaburlah bagimu sesuai dengan keadilan, menuailah menurut kasih setia! Bukalah bagimu tanah baru, sebab sudah waktunya untuk mencari TUHAN, sampai Ia datang dan menghujani kamu dengan keadilan.
Hosea 10 : 12
Dalam kekristenan sangat dikenal “hukum” tabur tuai. Salah satu nas yang sangat dikenal adalah Mazmur 126 : 5 “Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai”. Bahkan dalam Perjanjian Baru juga banyak ajaran yang menggunakan logika tabur-tuai ini, misalnya Galatia 6 : 8, “Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu”. Logika tabur-tuai ini memang sederhana, hampir semua kalangan bisa memahaminya. Namun tidak demikian dengan penghayatannya. Bagi orang-orang yang bukan berlatarbelakang bercocok tanam, akan sulit merayakan kekecewaan akibat gagal panen, atau sebaliknya ketika panen berhasil. Inilah yang menjadi penyebab mengapa pada masa sekarang ini “hukum” tabur-tuai seringkali hanya semboyan atau sekadar hiasan pengajaran.
Apabila memperhatikan secara khusus tabur-tuai pada nas ini, tampaknya spesifikasi yang khusus karena menggunakan konsep keadilan sebagai yang ditabur, dan konsep kasih setia sebagai yang dituai. Hal ini memberikan pemahaman bahwa Nabi Hosea sudah sangat keras memperingati bangsa Israel Utara, namun sangat mendalam memberikan pengharapan akan tatanan baru. Gambaran ini tentu karena Nabi Hosea berada dalam konteks Israel Utara yang sedang menukik pada kehancuran akibat mengabaikan keadilan dan berlaku tidak setia kepada ALLAH, baik yang dilakukan oleh warganya maupun oleh para petinggi kerajaan bahkan raja.
Realitas kehidupan kita di UKSW atau dalam masyarakat sering kita menyaksikan perilaku yang menantang “hukum” tuai-tabur. Orang-orang yang malas bekerja, malas belajar, berlaku tidak adil, korupsi, kolusi, bolos kuliah, bolos kerja, korupsi waktu, dll tampaknya enjoy saja tidak mengalami celaka. Apakah TUHAN diam saja? Tidak perlu kita pertanyakan itu, nas kita pada hari ini telah cukup memperingatkan. Pun ketimbang repot memikirkan dan memperhatikan hal tersebut, sebaiknya kita fokus untuk menabur keadilan agar menuai kasih setia TUHAN ( Pdt. Dr. Rama Tulus Pilakoannu, M.Si).
Refleksi :
Perbanyak menabur kebaikan dan keadilan, hentikan menabur kejahatan!!
Doa:
Ya Tuhan, berikan kami hati yang siap untuk menabur keadilan walau apapun keadaan di sekeliling kami. Amin.