I Raja-Raja 3 : 9
Maka berikanlah hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?
1 Raja-raja 3:9
Keberadaan dengan sesama kita manusia sebagai ciptaan tidak pernah terlepas dari benturan dan perselisihan. Perselisihan itu bisa disebabkan oleh banyak faktor seperti rasa dengki, marah, cemburu, benci dan hal lain yang lebih dari pada itu. Faktor ini juga cenderung mendorong kita untuk menghakimi sesama kita dalam berbagai bentuk. Oleh sebab itu tentu tidak akan ada rasa damai dalam relasi yang seperti itu. Kita akan menjadi hakim yang paling benar menurut ukuran kita terhadap sesama manusia.
Dalam teks 1 Raja-raja 3:9 menceritakan mengenai Salomo yang meminta hikmat merupakan poin inti dari perjalanan salomo ketika menjadi raja. Setelah menjadi raja, Salomo pergi mempersembahkan korban ke Gibeon. Di sana Tuhan datang kepada Salomo dalam mimpi dan pada saat itulah ia meminta Hikmat. Kitab 1 Raja-raja merupakan karangan yang ditulis oleh para deuteronomistik dalam rangka membangun kembali kesatuan antara Israel Utara dan Selatan untuk memenuhi ambisi dari reformasi Yosia. Oleh sebab itu narasi mengenai kebijaksanaan raja Salomo menjadi salah satu bagian dari kitab ini. Narasi raja Salomo meminta hikmat dari Tuhan menunjukkan bahwa tidak ada satupun manusia yang sungguh-sungguh memiliki hikmat bahkan raja sekalipun. Posisi Salomo menuntut untuk menjadi raja yang bijak dan berhikmat. Oleh sebab itu, Ia harus mengupayakan hal tersebut.
Tindakan yang dilakukan oleh Salomo merupakan tanda bahwa tidak ada kehidupan yang sempurna. Kehidupan yang kita miliki sangat penuh dengan keterbatasan. Oleh karena itu, kita kadang-kadang keliru dalam mengambil keputusan. Dari cerita Salomo, kita setidaknya bisa belajar dua hal. Pertama, kita perlu hikmat untuk melihat mana yang baik dan mana buruk dalam kehidupan kita. Tentu dengan ukuran Tuhan, bukan ukuran kita sebagai manusia. Kedua, kerendahan hati sebagai ciptaan dihadapan Tuhan. Apapun yang kita miliki termasuk jabatan tinggi sekalipun tidak menjadikan kita berhikmat tanpa pertolongan dari Tuhan. ( Okrisye Lantaka, S.Si-Teol )
Refleksi :
Mari kita evaluasi diri kita sendiri apakah kita selalu mendahulukan meminta hikmat dari Tuhan sebelum kita mengambil keputusan ? dan apakah kita sudah menghidupi hikmat Tuhan dalam menjaga hubungan yang baik dengan sesama kita?
Doa :
Tuhan yang Maha Baik mampukan kami untuk selalu mendahulukan hikmat yang daripadaMu dan selalu hidup dalam rasa damai dengan sesama kami. Amin